h. Kecerdasan
Naturalis, berkaitan dengan kemampuan meneliti perkembangan alam,
melakukan identifikasi dan observasi terhadap lingkungan sekitar.
Berdasarkan
dari uraian diatas dapat kita ketahui betapa pentingnya mengembangkan
kecerdasan jamak yang di mulai dari Anak Usia Dini. Sehingga nantinya
kelak menjadi modal dasar kesuksesan yang menjadi bekal hidup pada usia
dewasa nanti. Dengan demikian betapa pentingnya
pengembangan kecerdasan dalam pembelajaran pendidikan Anak Usia Dini.
Kita harus selalu menstimulus dengan kegiatan- kegiatan atau
pembelajaran yang mendukung karakteristik dan porsi Anak Usia Dini.
B. Masalah
Berdasakan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka akan
disampaikan pada karya ilmiah ini tentang bagaimana cara pengembangan
kecerdasan jamak pada Anak Usia Dini (AUD).
C. Tujuan
Mengembangkan
kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa
depan anak . Maka dari itu tujuan dari pengembangan kecerdasan jamak
pada Anak Usia Dini untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan
dasar yang dimiliki setiap anak. Melatih anak meningkatkan kecerdasan
jamak dan menstimulasi nya. Jika anak sering dilatih dan difasilitasi
untuk mengembangkan kecerdasan nya maka akan terlihat kecenderungan yang
menonjol dari salah satu kecerdasan jamak tersebut dalam diri anak..
D. Manfaat
Mengembangkan
kecerdasan jamak pada anak usia dini maka akan meningkatkan kecerdasan
pada diri anak tersebut, seperti yang kita ketahui anak tidak luput
dengan kegiatan bermain. Sehingga dalam bermain anak harus ada unsur
pendidikan untuk menstimulasi kecerdasannya. Tetapi tetap diolah dan
ditampilkan semenarik mungkin. Jadi anak nyaman bermain sekaligus
belajar. Jika sering menstimulus nantinya kita akan tahu bakat anak
dilihat dari kecenderungan yang menonjol salah satu dari kecerdasan
jamak tersebut, yang akan menjadikan bekal dasar demi meraih
kesuksesan hidup pada diri anak setelah tumbuh menjadi orang dewasa.
Membangun kecerdasan anak adalah ibarat membangun sebuah rumah yang
mempunyai beberapa pilar tembok atau kayu sebagai penyangganya. Jika
membangun pilar tembok semakin kokoh rumah tersebut berdiri.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kecerdasan Jamak
Kecerdasan
majemuk atau jamak (Multiple Intelligences) yang mencakup delapan
kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangann dari kecerdasan
otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ). Semua jenis kecerdasan perlu
dirangsang pada diri anak sejak usia dini (AUD), mulai dari saat lahir
hingga awal memasuki sekolah (7-8 tahun).
Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind: The
Theory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasan yang
dimiliki setiap individu yaitu : Linguistik, matematis-logis, spasial,
kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan
naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu
mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya.
Karena itu Amstrong
(2002) menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk
melejitkan kemampuan setiap anak dan menjadikan mereka sebagai sang
juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan
kecerdasan jamak (MI) sebagai suatu strategi dalam pengembangan potensi
seseorang, perlu kita kenali atau pahami ciri-ciri yang dimiliki :
1. Kecerdasan
Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain : (a) suka menulis
kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c)
sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di
waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka
mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g)
unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2. Kecerdasan
Matematika-Logis, cirinya antara lain: (a) menghitung problem
aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan
yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam
permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis,
(d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e)
menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki,
berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3. Kecerdasan
Spasial mempunyai ciri – ciri antara lain: (a) memberikan gambaran
visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta
atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d)
senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat
menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka
melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku
tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada
kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.
4. Kecerdasan
Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk
atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti
berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu
yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat
atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam
bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai
menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi
secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka
membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi
dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.
5. Kecerdasan
Musikal memiliki ciri antara lain: (a) suka memainkan alat musik di
rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih
bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk
diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f)
mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata
pelajaran musik.
6. Kecerdasan
Interpersonal memiliki ciri antara lain: (a) mempunyai banyak teman,
(b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya,
(c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, (d)
berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e)
berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f)
sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi
pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7. Kecerdasan
Intrapersonal memiliki ciri antara lain: (a) memperlihatkan sikap
independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik
seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d) banyak
belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada
pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang
dikerjakan sendiri.
8. Kecerdasan
Naturalis, memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab pada berbagai
hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka,
(c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d)
menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e)
suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f)
berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Dari
delapan uraian diatas, penulis menyadari betapa pentingnya pengembangan
kecerdasan jamak sejak Anak Usia Dini (AUD). Tetapi melalui metode
menyenangkan namun tetap ada unsur untuk mengembangkan kecerdasan jamak
di dalamnya. Agar mencakupi kecerdasan jamak, penulis menggunakan
pembelajaran dengan bermain peran. Melalui pengalaman main peran, anak
diberi kesempatan untuk menciptakan kembali kejadian kehidupan nyata dan
memerankannya secara simbolik. Bermain identik dengan dunia anak,
dengan bermain anak beraktivitas dan bersosialisasi dengan lingkungan.
Bermain merupakan kebutuhan dasar bagi proses tumbuh kembang anak.
Bermain dapat menumbuhkan imajinasi dan kreativitas anak sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Melalui bermain anak mendapatkan pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan. Banyak cara untuk melakukan kegiatan
permainan tersebut. Ada yang menggunakan media atau alat, ada juga yang
tidak. Salah satu jenis main yang perlu diperkenalkan pada anak adalah
main peran.
B. Pengertian Bermain Peran
Menurut
Sarra Smilanky, Main peran adalah kegiatan anak menghadirkan pengalaman
yang pernah didapatkannya dengan menunjukkan kembali melalui bermain
pura-pura. Bermain peran akan membuat anak berkemampuan sosial. Sambil
bermain peran ikut belajar berbagi, belajar mengantri atau bergiliran,
dan berkomunikasi dengan teman-temannya .Kemampuan mengelola emosi,
termasuk untuk memahami perasaan takut, kecewa, sedih, marah dan
cemburu. Anak akan belajar mengelola dan memahami perasaan – perasaan
tersebut. mengasah kreativitas dan disiplin, biasanya anak akan
mengambil peraturan dan pola hidupnya sehari- hari dan kebiasaan si anak
atau orang tua bahkan orang dewasa di lingkungan terdekat anak. Serta
mengasah kecerdasan linguistik yaitu kemampuan berbahasa hal itu
terlatih secara tidak langsung akan bertemu dengan lawan mainnya pada
saat bermain peran.
BAB III
METODE DAN PROSEDUR KERJA
A. Strategi Pemecahan Masalah
1. Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah
Strategi
yang akan digunakan dalam pengembangan kecerdasan jamak pada Anak Usia
Dini melalui kegiatan bermain peran. Kegiatan bermain identik dengan
anak- anak. Karena bermain adalah kegiatan yang menyenangkan sehingga
anak tertarik untuk terlibat. Tapi kegiatan bermain yang didalam nya
mengandung unsur pendidikan. Penulis memilih kegiatan bermain peran.
Main peran memberikan kesempatan pada anak untuk memainkan peran-peran
yang beragam dengan tujuan agar mereka mengerti, menghormati dan
memiliki empati akan peran-peran yang ada disekitar mereka serta
sikap-sikap positif lainnya pada diri anak, yang merupakan bekal mereka
dalam interaksi sosial di masyarakat pada kehidupannya.
2. Deskripsi strategi pemecahan masalah yang dipilih, meliputi:
a. Strategi
pembelajaran melalui bermain peran, dengan bermain peran anak berlatih
dan memainkannya lengkap dengan skenario yang disusun seketika dan
dimainkannya bersama sama dalam satu session. Dalam bermain peran ada
dua jenis main peran, yaitu main peran mikro dan makro. Peran mikro
adalah kegiatan bermain peran dengan menggunakan bahan –bahan berukuran
kecil. Peran makro adalah kegiatan bermain peran sesungguhnya dengan
alat – alat permainan berukuran sesungguhnya dan anak dapat
menggunakannya untuk menciptakan dan memainkan peran-peran.
b. Sebelum bermain peran guru memberikan pijakan –pijakan sebelum bermain, yaitu:
Ø Guru membacakan buku yang terkait dengan tema
Ø Mengenalkan kosakata baru dan peran peran
Ø Menjelaskan urutan kegiatan main peran menjelaskan cara menggunakan alat.
Ø Menetapkan peran yang akan dimainkan
Ø Mengajak pemain lainnya.
Ø Memperkuat dan memperluas bahasa anak.
Ø Memberikan contoh komunikasi yang tepat.
B. Alat Pengambilan Data
Dalam pengambilan data akan melakukan:
1. Observasi
terhadap perilaku anak ketika sedang bermain peran dan penulis akan
menyiapkan daftar observasi yaitu dengan chek list yang mana
berdasarkan dari kegiatan anak yang bermain peran.
2. Tanya
jawab , tetapi dalam tanya jawab ini berbentuk tidak resmi. Karena
disesuiakan dengan karakteristik anak dan diajukan dengan senyaman
mungkin bagi anak. Sehingga anak akan tetap menikmati kegiatan
bermainnya. Serta pertanyaan yang sesuai diperankan.
3. Dokumen,
penulis akan mengambil gambar anak –anak yang sedang beramin peran
sebagai bukti otentik apakah anak- anak nyaman atau tidak dalam bermain
perannya.
C. Pengolahan dan Penganalisisan Data
Setelah
dilakukan pengambilan data dengan observasi terhadap peilaku anak
ketika sedang bermain peran yang meliputi : main sendiri, main
berdampingan, main bersama dan main kerja sama. Dari hasil tanya jawab
yang diajukan penulis bisa menarik kesimpulan dari kegiatan bermain
peran anak. Serta bisa diambil catatan kejadian ketika anak bermain
peran. Selain itu juga akan diketahui hasil pengamatan terhadap
interaksi sosial yang muncul, yaitu perilaku peduli atau tidak peduli
dengan lawan mainnya. Dokumen menjadi pendukung tambahan dari kegiatan
tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keunikan ide atau gagasan
Keunikan
ide dalam kegiatan bermain peran ini, penulis menyajikan muatan lokal
kota Pekalongan yaitu batik. Anak –anak akan melakukan kegiatan bermain
peran mengunjungi Museum batik. Jadi, anak bisa melakukan kegiatan
bermain sekaligus mengenal dan memahami tentang batik sebagai ciri khas
budaya dari daerah Pekalongan sebagaimana sudah dijadikan muatan lokal
yang digunakan untuk pembelajaran di sekolah- sekolah. Tetapi penulis
menyusun dan mengolah kegiatan, peran sesuai dengan porsi,
karakteristik Anak Usia Dini. Berikut ini Prosedur kegiatan bermain
peran:
a. Tahap perencanaan.
Ø Menentukan tema dan sub tema.
Ø Tema: Rekreasi, dengan sub tema : Berkunjung ke Museum Batik Pekalongan.
Ø Menentukan jenis permainan peran yang akan digunakan (main peran mikro atau peran makro).
Ø Main peran makro: - Anak bermain peran petugas penjaga loket.
- Alat yang digunakan: tiket masuk, cap stempel.
- Anak berperan sebagai penjaga stand yang bertugas memberi informasi dan penjelasan tentang masing- masing stand.
- Sebagai penjaga galeri dan kasir.
- Sebagai penjual dan pembeli di cafetaria dan galeri.
Ø Menentukan durasi waktu yang akan digunakan :
peneliti menyarankan 1 jam.
Ø Menyiapkan
ruangan sehingga perabotan dan peralatan tidak terlalu sesak, alat-alat
mudah dijangkau. Peran makro: ruangan kelas dibagi menjadi empat
stand, yaitu :
Stand batik tulis, stand batik cap, stand galeri batik, cafetaria.
Ø Menyiapkan alat- alat untuk mendukung adegan permainan.
Stand
batik tulis: alat – alat pendukung peran mikro dan makro, yaitu canting
tulis, kompor kecil, wajan kecil, bahan pendukung: lilin malam, kain
mori, kain batik tulis.
Stand
batik cap: alat – alat pendukung peran mikro dan makro yaitu canting
cap, kompor kecil, meja, bahan pendukung: kain mori putih, kain batik
cap.
Galeri
batik dengan menggunakan alat dan bahan mikro dan makro: baju- baju
batik, kain- kain batik, handycraft batik, tas plastik.
Main peran mikro: uang mainan.
B. Keinovasian Ide atau gagasan
Penulis menghadirkan keinovasian dalam kegiatan bermain peran ini, yaitu:
Menyiapkan
ruangan dengan menyetting seperti di museum batik dengan di dukung
peralatan nya. Pada loket masuk didukung dengan cap stempel, tiket
masuk.
Pada
stand batik tulis, di dukung dengan menghadirkan canting tulis, kompor
kecil, wajan keci, kain mori, kain batik. Tetapi penulis memberikan
inovasi pada stand tersebut, yaitu dengan menggunakan botol kecap kecil
terbuat dari plastik, hal itu memudahkan anak berperan sedang membatik,
lilin malam di ganti dengan lem tembok atau tepung ditambah pewarna.
Penulis akan meyediakan 3 warna pokok, merah, biru, kuning. Hal itu
melatih anak mengenal warna, membuat kreasi warna ketika warna-warna
tersebut dicampurkan. Kain mori di ganti dengan kertas manila putih
karena untuk memudahkan anak belajar membatik tulis.
Pada
stand batik cap beri inovasi yaitu dengan menggunakan canting cap kayu
yang dibuat ukuran kecil sesuai jangkauan anak- anak. Pewarna yang aman
bagi anak- anak, kapas. Kain mori putih yang berukuran sesuai anak-
anak. Pada galeri batik penulis akan menyiapkan berbagai macam
handycraft dan pakaian- pakaian batik. Sehingga anak mengenal dan
memahami hasil batik bisa dibuat untuk berbagai macam benda. Juga kreasi
hasil batik.
Dalam masing- masing peran dapat melatih anak untuk mengembangkan kecerdasan jamak, sehingga hasil yang akan dicapai yaitu:
Ø Kecerdasan
seni: menciptakan kreativitas yang dapat diperoleh dari membatik tulis.
Melatih kreativitas mencampur 3 warna pokok menjadi warna-warna lain.
Hal itu juga melatih imajinasi anak untuk menciptakan warna baru.
Ø Bermain
peran membuat anak mengembangkn kecerdasan, dengan menemukan beragam
kosakata yang akan memperkaya perbendaharaan kata mereka. Belajar
bercakap- cakap menggunakan kalimat yang sopan dan tepat, karena
berkomunikasi dengan lawan mainnya, teman temanya.
Ø Bersosialisasi
yang baik sehingga melatih anak mempunyai teman bermain yang akrab. Hal
itu bisa dilakukan anak berperan sebagai penjaga di masing- masing
stand museum batik
Ø Melatih
anak membuat bentuk- gambar alam sehingga mengembangkan kecerdasan
naturalis. Kecerdasan matematis yaitu berperan sebagai penjual dan
pembeli di stand galeri dan cafetaria.
C. Kendala – kendala yang dihadapi dalam menerapkan ide atau gagasan.
Ketersediaan
alat – alat dan bahan pendukung yang menunjang dalam bermain peran.
Memilih bahan – bahan yang aman dan sesuai dengan karakteristik anak.
D. Faktor- faktor pendukung
Adanya
motivasi sebagai seorang pendidik PAUD untuk mengembangkan kecerdasan
jamak pada diri anak dan berusaha untuk diaplikasikan dalam bentuk
bermain peran dan proses pembelajaran lain.
Berawal
dari ciri khas budaya daerah sendiri yang di terapkan sebagai muatan
lokal pembelajaran anak. Sehingga sejak Anak Usia Dini dikenalkan dengan
MULOK agar mengenal budaya daerah sendiri yang sudah berkembang dan
diakui di dunia.
Suatu
kesadaran untuk mencerdaskan anak bangsa yang tidak hanya menilai anak
berbakat atau berprestasi yang hanya ditunjukkan dengan sisi
intelektual atau IQ saja. Ternyata kecerdasan yang dimiliki anak atau
indivividu mempunyai kecerdasan jamak. Nantinya akan muncul
kecenderungan yang menonjol dalam diri anak yang dapat dijadikan modal
atau bekal hidup.
E. Tindak Lanjut
Untuk mengatasi berbagai kendala yang muncul, ada beberapa solusi alternatif diantaranya:
Keterbatasan
alat dapat diantisipasi dengan menggunakan barang barang bekas, seperti
kardus, kain mori , pewarna makanan, atau meminjam barang dari yang
dimiliki pendidik
Mengadakan
pendekatan kepada orang tua dengan dialog yang membahas kecerdasan
jamak pada diri anak. Bahwa setiap anak punya kecerdasan, sehingga orang
tua tidak menilai atau berpikir yang sempit dengan melihat kecerdasan
matematis IQ sebagai tolak ukur.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Kecerdasan
majemuk atau jamak (Multiple Intelligences) yang mencakup delapan
kecerdasan itu pada dasarnya merupakan pengembangann dari kecerdasan
otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ). Anak Usia Dini (AUD ) merupakan
salah satu aset untuk pondasi dan mengembangkan kecerdasan jamak.
Sehingga menjadi modal atau bekal hidup setelah dewasa nanti.
Masalah yang dirumuskan adalah bagaimana metode yang digunakan dalam
mengembangkan kecerdasan jamak pada Anak usia Dini. Adapun metode ini
yang digunakan adalah bermain peran.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil karya ilmiah yang telah disajikan, penulis menyampaikan rekomendasi kepada:
1. Orang tua
Orang
tua ikut andil dalam mengembangkan kecerdasan jamak dalm lingkungan
keluarga. Kesibukan orang tua dalam bekerja, sehingga orang tua tidak
memahami potensi pada diri anak. Ketidak pahaman apa maksud atau
pengertian kecerdasan jamak pada anak. Sehingga orang tua bertolak ukur
bahwa prestasi anak dilihat dari IQ saja. Untuk itu luangkan waktu nya
sehingga dapat terjalin komunikasi dan kasih sayang akhirnya dapat
mengetahui potensi diri anak atau bakat anak. Sehingga orang tua bisa
memfasilitasi dan melatih kecerdasn yang sesuai potensi anak. Bisa
mengarahkan pendidikan yang tepat sesuai bakat anak.
2. Pengambil Keputusan (DIKNAS)
Mengembangkan
kecerdasan jamak sangat berarti dalam merealisasikan tujuan pendidikan
yaitu sebagaimana tercantum juga dalam Tujuan Program Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) adalah membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
diaman anak tumbuh kembang sesuai dengan tingkat perkembangannya
sehingga memiliki kesiapan yang optimal dalam kehidupan dewasanya.
Undang Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, Bab II pasal 3 bahwa tujuan
Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensipeserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis dan berakhlak mulia. Untuk itu pemerintah berusaha
memfasilitasi dalam mengembangkan kecerdasan jamak sehingga menjadi anak
Indonesia yang berkualitas sesuai potensinya.
3. Penulis Selanjutnya
Penulis
menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan
untuk itu bagi penulis selanjutnya semoga dapat dijadikan pijakan untuk
mengembangkan karya selanjutnya.
daftar pustaka
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Direktorat PAUD. 2004. Bahan Pelatihan Jilid 3 main Peran. Jakarta : Proyek Pengembangan Anak Usia Dini Pusat.
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Direktorat PAUD. 2006. Pedoman Penerapan Pendekatan BCCT dalam PAUD. Yogyakarta : CV Pradana Utama.
http : // www.anakanak.org
http : // www.dunianyaanakkita.blogspot.com
http : // www.litaedia.blogspot.com
http : // www.perpustakaanminiku.blogspot.com
Hurlock, EB. 2005. Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga
Megawangi, R. 2007. Makalah Seminar Pendidikan Holistik Berbasis Karakter di Covention Hall PLN JBN Semarang 17 Nopember 2007.
Undang-undang Sistem pendidikan Nasional Tahun 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar