Rabu, 02 Januari 2013

artikel kecerdasan emosional

Mengenal Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini – Part 1


Pernahkah anda mengalami susah sekali mengendalikan anak – anak kita yang masih berusia dini, pada saat mereka mengamuk atau kata kerennya sedang emosi besar? Seperti, menangis dengan sangat kencang, berguling-guling di lantai,berteriak,membanting-banting segala hal yang ada didekatnya, memukul orang lain atau menyakiti dirinya sendiri. Tahukah anda bahwa emosi yang dimiliki oleh anak usia dini dapat mempengaruhi perkembangannya secara mental di masa depan?
Anak adalah aset yang amat berharga bagi orangtua sekaligus sebagai investasi nyata di masa mendatang. Setiap anak yang dilahirkan, telah membawa karakter dan sifatnya sendiri. Termasuk juga telah membawa kecerdasan intelektual yang dikenal sebagai Intelligent Question dan kecerdasan emosional yang dikenal sebagai Emotional Question. Keduanya akan sangat mempengaruhi kepribadian, bahkan dapat juga mempengaruhi keberhasilan atau kegagalannya. Orangtua bersama para pendidik dan lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu anak mengembangkan potensi kecerdasan yang dimilikinya tersebut.
Dalam membantu perkembangan kecerdasan mental dan emosional, bisa dilakukan orangtua dalam setiap aspek kehidupan anak. Apa yang alami dalam kehidupan sehari-hari akan menentukan bagaimana anak bersikap, bertingkah laku, termasuk pola tanggap emosi. Semua pengalaman emosi di masa kanak-kanak dan remaja akan membentuk sirkuit penentu kecerdasannya. Tanggapan, belaian, maupun bentakan yang menyakitkan dan sebagainya akan masuk ke gudang emosi yang berpusat di otak. Untuk membantu perkembangan kecerdasan emosional anak, orangtua setahap demi setahap dapat merekayasa pengalaman-pengalaman yang dapat membesarkan hati anak dan memungkinkan koreksi atas temperamen anak. Agar anak mampu mengontrol emosi dan menjaga agar tindakannya tidak dikendalikan emosi semata, anak harus diajarkan memahami apa yang yang diharapkan dari dirinya. Si anak juga harus mengerti tiap tindakan membawa konsekuensi baik pada dirinya maupun orang lain. Makin sering anak berlatih mengelola emosi, seperti meredakan marah atau kecewa, makin inggi kemampuannya mengelola emosi. Selain itu, orangtua juga perlu berhati-hati karena seperti juga kecerdasan kognitif, kecerdasan emosi merupakan kondisi yang netral secara normal. Jadi, hendaknya orangtua selalu menggunakan “kompas moral” dalam membimbing si kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar