Jumat, 28 Desember 2012

Makalah Paud




PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Berdasarkan berbagai penelitian bahwa usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain  itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya.
Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Dalam penjabaran pengertian, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisidiknas menyatakan bahwa:
   Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan data dari Direktorat Pembinaan TK dan SD, pada tahun 2007 sebagian besar pendidikan anak usia dini (PAUD) diselenggarakan oleh masyarakat (Swasta) yakni sekitar 98,7%. Sedangkan masalah utamanya adalah angka partisipasi kasar (APK) PAUD/TK  baru mencapai 26,68%. Selain itu, masalah yang timbul dalam penyelenggaraan PAUD adalah “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap aspek kemampuan kognitif siswa, padahal PAUD adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini, sehingga ia siap melaksanakan pendidikan di jenjang yang formal. Hal itu menunjukan bahwa pengembangan PAUD harus lebih ditingkatkan agar tujuan pendidikan secara umum dapat dicapai. Oleh karena itu peran serta masyarakat harus dipertahankan dan peran pemerintah dalam membina dan mengembangkan berbagai kebijakan tentang PAUD harus dioptimalkan.
Kajian terhadap keberadaan PAUD dalam sistem pendidikan nasional perlu banyak dilakukan, baik kajian terhadap aspek-aspek filosofisnya maupun aspek-aspek teknis, berupa kuirkulum maupun proses pembelajaran PAUD di lapangan. Melalui hal tersebut diharapkan pengembangan PAUD dapat lebih meningkat, demi menunjang tercapainya tujuan pendidikan, yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Depdiknas, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pengkajian terhadap masalah program PAUD perlu dilakukan berdasarkan kajian kepustakaan maupun pengalaman penulis dalam mengelola program PAUD.


1.2  Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini, masalah yang dikaji akan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut.
1.2.1        Bagaimana landasan filosofis terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?
1.2.2        Bagaimana pengertian, hakekat, komponen, kurikulum dan evaluasi PAUD?

1.3  Metode dan Teknik penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif analitik, yakni dengan mengungkapkan masalah-masalah yang dikaji dan kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada  dan pengetahuan penulis.
Adapun teknis penulisan yang digunakan adalah kajian kepustakaan dan observasi terhadap proses pembelajaran PAUD yang selama ini dilakukan penulis.

1.4  Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN     :
Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan     masalah, metode dan teknik penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Bab II berisi uraian masalah sekaligus kajiannya, berupa landasan, komponen,  hakekat, kurikulum dan proses pembelajaran dan  evaluasi PAUD.
BAB III PENUTUP
            Dalam bab penutup diuraikan kesimpulan dan saran penulis.

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2.1 Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
            Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yang dimaksud pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.  Pendidikan yang dilaksanakan merupakan proses sepanjang hayat, di mana proses pendidikan harus dilakukan secara terus menerus dari usia 0 tahun sampai manusia itu meninggalkan dunia.
Karena pendidikan harus dilakukan di semua usia, maka pemikiran-pemikiran terhadap pendidikan harus mencakup semua golongan usia tersebut. Begitu pula dengan  berbagai pemikiran dan kebijakan terhadap PAUD, harus merunut pada kebutuhan anak usia dini dalam proses perkembangannya. Berikut adalah beberapa landasan pendidikan anak usia dini berdasarkan aspek-aspek yang dikembangkan dalam PAUD.

2.1.1 Landasan Hukum
            Penyelenggaraan program PAUD di Indonesia mengacu pada aturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai berikut.

    UUD 1945
    UU. No. 4 Tahun 1974 mengenai Kesejahteraan Anak
    UU. No. 23 Tahun 2002 mengenai Perlindungan Anak
    UU. No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional.
    PP. No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan Nasional
    Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 2005 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009.
    Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional.
    Rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009.

(M. Hariwijaya dan Bertiani ES, 2007:20-21).

2.1.2 Landasan Filosofis
            Anak usia dini, yakni anak dengan usia pra-sekolah (0-6 tahun) berdasarkan berbagai penelitian merupakan masa keemasan manusia (golden age), di mana kecerdasan manusia ditentukan pada masa-masa ini (Hariwijaya, 2007:32). Dengan adanya pendidikan anak usia dini diharapkan anak dapat tumbuh dengan segala potensinya, sehingga ia mampu membangun dirinya, lingkungan dan bangsanya.
            Berikut adalah beberapa pemikiran para ahli pendidikan anak terhadap proses pendidikan anak usia dini.

    Pandangan Pestalozzi

Menurutnya, anak dilahirkan dalam keadaan bersih. Perkembangan manusia terjadi dalam desain alam dan terbentuk oleh kekuatan-kekuatan luar. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa keberhasilan belajar dalam satu tahap perkembangan merupakan kunci dalam mencapai keberhasilan belajar di tahap berikutnya. Oleh karena itu, ia berkesimpulan bahwa pendidikan anak merupakan hal penting yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa depannya.

    Pandangan Froebel

Froebel mewujudkan ide-idenya dalam pendidikan anak dengan mendirikan lembaga pendidikan Froebel. Ia lebih menfokuskanpada konsep pendidikan anak sebagai alat reformasi sosial. Ia menyiapkan program pendidikan pra-sekolah sebagai sarana untuk menciptakan suatu tatanan masyarakat yang lebih baik di masa depan. Anak dilahirkan dengan pembawaan yang baik, sehingga tugas lembaga pendidikan untuk mengarahkan anak pada kehidupan masa depan yang lebih baik, dengan mendorong kemampuan untuk mencipta dan berkreasi.

    Pandangan Montesori

Menurutnya, pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk membantu perkembangan anak secara menyeluruh. Anak dalam proses perkembangannya merupakan kutub yang berbeda dengan orang dewasa, namun saling mempengaruhi. Kualitas pengalaman anak di usia dini sangat mempengaruhi kehidupannya di masa dewasa.

    Pandangan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh pendidikan dan bapak pendidikan Indonesia. Pandangannya terhadap anak sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai ketimuran dan pendidikan barat yang dia lalui. Menurutnya, anak lahir dalam kodrat dan pembawaannya masing-masing. Kodrat anak bias baik dan juga buruk, dengan paham inilah

2.1.3 Landasan Pengetahuan
            Landasan pengetahuan penting bagi pendidikan anak usia dini. Landasan ini mengacu pada pendapat beberapa ahli pendidikan yang memandang betapa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), antara lain :

    Nabi Muhammad Saw

Lebih dari 1500 tahun yang lalu (abad ke-6 M), Nabi Muhammad Saw telah mengemukan bahwa kewajiban menuntut ilmu adalah mulai dari anak dalam kandungan sampai ia meninggal. Hal itu menegaskan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menuntut ilmu.

    Marthin Luther (1483-1546)

Menurutnya landasan adanya proses pendidikan adalah agama. Selain itu keluarga juga merupakan faktor utama dalam menghadapi pendidikan anak.

    Jean – Jacues Rouseau (1712-1718)

Menurutnya, pendidikan harus bersifat alamiah, yakni pendidikan harus kembali ke alam. Menurutnya, manusia dilahirkan dalam keadaan baik, manusialah yang menentukan baik atau jahatnya manusia.

    John Dewey (1859-1952)

Teorinya dikenal dengan teori ”progressivism) yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya terhadap sesuatu daripada mata pelajarannya sendiri. Menurutnya, pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang.

    Benjamin Bloom (1964)

Bloom mengamati kecerdasan anak dalam rentang waktu tertentu. Ia menghasilkan taksonomi Bloom. Menurutnya kecerdasan anak pada usia 15 tahun merupakan hasil pendidikan anak usia dini.

    Jean Piaget (1972)

Jean Piaget mengemukakan tentang bagaimana anak belajar. Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak dituntun untuk melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Agar anak dapat memahami sesuatu, maka ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.

    Lev Vigostsky

Ia berpendapat bahwa pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan berproses anak. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya.
(M. Hariwijaya dan Bertiani ES, 2007:21-23) dan (Pusat Kurikulum Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2007).

2.2 Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini
            Dalam perkembangan dewasa ini, pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang diarahkan pada upaya pembelajaran yang sesuai dengan usia anak dan mampu menggali potensi anak, sehingga dapat menjadi bekal dalam kehidupannya di masa depan.

2.2.1 Pengertian
            Banyak batasan yang diberikan terhadap program PAUD, namun dalam hal ini UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan anak usia sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
            Dalam hal ini M. Hariwijaya (2007:14), mengemukakan bahwa PAUD dapat diartikan sebagai salah satu bentuk jalur pendidikan dari usia 0-6 tahun, yang diselenggarakan secara terpadu dalam satu program pembelajaran agar anak dapat mengembangkan segala guna dan kreativitasnya sesuai dengan karakteristik perkembangannya.

2.2.2 Tujuan
            Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini adalah:

    Merangsang dan membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
    Mengembangkan segala potensi dan kreativitas anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2.2.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
            Dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini terdapat prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:

    Berorientasi pada kebutuhan Anak (Children Oriented)

Kegiatan pembelajaran harus berpusat kepada kebutuhan anak melalui upaya-upaya pendidikan dalam mencapai perkembangan fisik dan fsikis  yang optimal.

    Merangsang kreativitas dan Potensi Anak

Kegiatan PAUD harus mampu merangsang potensi dan kreativitas anak sehingga anak mempunyai kemampuan dalam menjalani kehidupannya di masa depan.

    Belajar melalui Bermain

Kegiatan bermain merupakan sarana belajar bagi anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan dan mengambil kesimpulan terhadap sesuatu yang dipelajarinya.

    Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Dalam hal ini, pendidikan di usia dini memerlukan pengkondisian lingkungan yang mendorong munculnya kreativitas anak. Lingkungan harus diciptakan agar lebih menyenangkan dan memberi kenyamanan belajar anak.

    Pembelajaran Terpadu

Proses pembelajaran pada anak usia dini harus memadukan berbagai aspek pembelajaran, yakni dengan penggunaan tema yang menarik dan dapat mengembangkan minat siswa dan bersifat kontekstual.

    Dilaksanakan secara Bertahap, Berulang-ulang dan Terus Menerus

Kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara bertahap, di mulai dengan konsep yang sederhana dan sesuai dengan lingkungan yang dikenal anak. Juga harus dilaksanakan berulang-ulang dan terus menerus sehingga apa yang dipelajari dapat menjadi bagian dari kehidupan anak.

    Mengembangkan Berbagai Kecakapan Hidup (Life Skills)

Memberikan berbagai kecakapan hidupa dapat melalui proses pembiasaan, hal tersebut bertujuan agar anak mampu mandiri, disiplin, menolong dirinya sendiri dan bertanggung jawab.

    Menggunakan berbagai Media Edukatif dan Sumber Belajar

Diutamakan menggunakan media dan sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan alam di sekitar anak. Dalam hal ini kreativitas dan inovasi guru diperlukan dalam merancang dan membuat media dan sumber belajar tersebut.

2.3 Komponen Program PAUD
            Berbagai komponen program PAUD telah dikembangkan dengan tujuan agar pengembangan PAUD dapat dilakukan dengan terstuktur dan terprogram secara baik sehingga tujuan PAUD sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dapat tercapai.

2.3.1 Standar Kompetensi Anak usia Dini
            Pendidikan anak usia dini dalam pengembangan aspek-aspek pembelajarannya harus mengacu pada standar kompetensi anak usia dini sebagai berikut.

    Moral dan nilai-nilai agama

Secara umum, nilai-nilai agama dan moral yang diajarkan adalah perilaku positif, kemandirian, disiplin, kejujuran dan perilaku lainnya. Selain itu Anak dididik melalui proses pembiasaan ajaran-ajaran dan ibadah sesuai agamanya masing-masing.

    Sosial dan Emosional

Anak dididik untuk dapat mengembangkan kemampuan sosial melalui proses sosialisasi. Melalui aspek ini anak dibekali dengan kemamuan memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya, tentunya melalui proses pembiasaan yang dilakukan secara terus menerus.

    Fisik/motorik

Dalam hal ini pendidik harus mampu merangsang perkembangan fisik dan motorik anak sesuai dengan usia perkembangannya. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai permainan-permainan edukatif.

    Bahasa

Dalam aspek ini, anak didorong untuk menguasai kemampuan berkomunikasi sesuai dengan masa perkembangannya. Kemampuan berbahasa dilihat dari usia perkembangan anak dapat dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode prelinguistik (0-1 tahun) dan periode linguistik (1-5 tahun).

    Kognitif

Perkembangan kognitif anak biasanya mengacu pada pendapat Piaget yang membagi perkembangan kognitif anak menjadi empat tahapan, yaitu periode  sensorimotorik (usia 0-2 tahun), periode praoperiosaional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan periode operasional formal (usia 11 sampai dewasa).

    Seni

Kemampuan di bidang seni dapat dikembangkan dalam musik, seni tari, seni gambar dan keterampilan lainnya.

2.3.2  Kurikulum PAUD
            Dalam hal ini, secara operasional kurikulum PAUD dalam tulisan adalah berbagai aspek yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Termasuk dalam pembahasannya adalah prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum PAUD, komponen kurikulum, penilaian dan satuan pendidikan anak usia dini.

    Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAUD

Dalam hal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, menetapkan beberapa prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang meliputi: 1) bersifat komprehensif, 2) didasarkan pada perkembangan secara bertahap, 3) melibatkan orang tua, 4) melayani kebutuhan anak, 5) merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat, 6) mengembangkan standar kompetensi anak, 7) mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, 8) menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, 9) memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, 10) menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga, 11) manajemen sumber daya manusia, dan 12) penyediaan sarana dan prasarana.

    Komponen Kurikulum

1.      Anak
Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun.
2.      Pendidik
Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi akademik Diplomas Empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) di bidang pendidikan usia dini, psikologi atau lainnya; dan memiliki sertifikat profesi guru PAUD. Adapun rasio guru dengan anak didik dalam PAUD adalah:
1) Usia  0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,
2) Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,
3) Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan
4) Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.
3.      Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain dan pembiasaan yang direncanakan dan persiapkan pendidik meliputi materi dan proses pembelajaran itu sendiri. Materi pembelajaran bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia, yaitu:
a.       Materi Pembelajaran Untuk Anak usia 0-3 tahun, mencakup:
1)      Pengenalan diri sendiri (perkembangan konsep diri)
2)      Pengenalan perasaan (perkembangan emosi)
3)      Pengenalan tentang orang lain (perkembangan sosial)
4)      Pengenalan berbagai gerak (Perkembangan fisik)
5)      Mengembangkan komunikasi (perkembangan bahasa)
6)      Keterampilan berfikir (perkembangan kognitif)
b.      Materi Pembelajaran untuk anak usia 3-6 tahun, mencakup:
1)      Keaksaraan, yaitu meliputi pengenalan terhadap kosakata dan bahasa, kesadaran phonologi, percakapan, memahami buku, dan teks lainnya.
2)      Konsep matematika, mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geomteri dan konsep matematika lainnya.
3)      Pengetahuan alam, yang mencakup pengenalan terhadap objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
4)      Pengetahuan sosial, meliputi kehidupan orang banyak, bekerja, interaksi sosial, lingkungan rumah dan keluarga, dan lainnya.
5)      Seni, mencakup kegiatan menari, menyanyi, bermain peran, bermain musik, menggambar dan melukis.
6)      Teknologi, dengan mengenalkan alat-alat dan penggunaan operasi dasar dan kesadaran teknologi. Alat-alat yang dikenalkan di mulai dari alat-alat yang ada rumah, seklah, dan lingkungan tempat anak tinggal.
7)      Ketarampilan proses, mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen; pemecahan masalah; koneksi, pengorganisasian, komunikasi dan informasi yang mewakilinya.

4.      Penilaian (Assesmen)
Assesmen merupakan proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Kegiatan ini meliputi observasi, konferensi dengan guru lain, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua bentuk penilaian tersebut dapat disusun dalam bentuk portofolio.
5.      Pengelolaan Pembelajaran
Dalam mengelola pembelajaran, PAUD harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1)      Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada aktivitas belajar anak.
2)      Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing, yakni:
a)      Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu.
b)      Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun 144 hari atau 32-34 minggu.
c)      Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
d)     Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari seminggu dengan jumlah layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.
6.      Melibatkan peran serta masyarakat

2.3.3 Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
            Satuan pendidikan anak usia dini dalam kerangka pendidikan jalur formal dan informal meliputi:

    Taman Kanak-Kanak, yaitu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun, yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.
    Kelompok Bermain merupakan satu bentuk PAUD pada jalur non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2-4 tahun dan anak usia 4-6 tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak berwenang).
    Taman Pendidikan Anak adalah layanan yang dilakasanakan oleh pemerintah dan masyarakat bagi anak usia 0-6 tahun yang orang tuanya bekerja.
    Satuan PAUD sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali /minggu atau merupakan layanan PAUD yang dintegrasikan dengan program layanan lainnya. Peserta program PAUD sejenis adalah anak usia 2-4 tahun.


2.4 Evaluasi
            Menurut M. Hariwijaya (2007:122), evaluasi adalah suatu analisis yang sistematis dan bekesinambungan untuk melihat efektivitas program yang diberikan dan pengaruh program tersebut pada anak. Dalam hal ini evaluasi mencakup evaluasi anak didik maupun evaluasi terhadap program pembelajaran secara keseluruhan.
Kegiatan evaluasi perlu dilakukan untuk melihat perkembangan potensi anak dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi setidaknya diarahkan pada tiga aspek, yaitu: aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perilaku/sikap) dan psikomotorik (keterampilan). Sehingga kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan anak usia dini, sebagaimana yang tercantum dalam PP No. 27 Tahun 1990 mengenai Pendidikan prasekolah, yaitu meletakan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

2.4.1 Prinsip-prinsip Evaluasi PAUD
            Berikut adalah beberapa prinsip dalam kegiatan evaluasi pendidikan anak usia dini, antara lain:

    Menyangkut semua aspek perkembangan, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
    Dilakukan secara berkesinambungan dan terus menerus
    Mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat diketahui mana tujuan yang tercapai mana tujuan yang kurang tercapai.
    Penilaian dilakukan secara objektif dan tidak berat sebelah.
    Memberi makna bagi anak. Penilaian dilakukan untuk memberi makna yang positif bagi anak, tidak menghakimi tetapi mampu mendorong agar anak dapat berkembang lebih baik.
    Mendidik, artinya penilaian dilakukan dalam koridor pendidikan dan berdampak positif bagi perkembangan anak.


2.4.2 Tujuan Evaluasi PAUD
            Tujuan dilaksanakan kegiatan evaluasi PAUD antara lain adalah:

    Untuk memantau perkembangan anak, baik perkembangan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
    Untuk mengetahui kesulitan belajar anak. Melalui kegiatan ini dapat diketahui dalam aspek-aspek apa saja anak mengalami kesulitan belajar, sehingga dengan cepat dapat diketahui cara penyelesaiannya.
    Untuk melakukan penempatan, yaitu dengan mengetahui bakat, minat dan kemampuan anak. Hasil dari penilaian itu, pendidik dapat menentukan dalam kelompok mana anak tersebut ditempatkan.
    Sebagai pertanggungjawaban pendidik, baik pertanggungjawaban terhadap profesi pendidik maupun kepada orang tua anak.

2.4.3 Teknik Evaluasi Pembelajaran Anak Usia Dini
            Terdapat beberapa teknik evaluasi pembelajaran anak usia dini, di antaranya adalah:

    Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data yang penilaiannya berdasarkan pengamatan langsung maupun tidak langsung pendidik terhadap sikap dan perilaku anak dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, terdapat beberapa prinsip dasar teknik observasi, yaitu:
1.      Observasi harus dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran
2.      Harus direncanakan terlebih dahulu secara sistematis
3.      Hasil observasi dicatat dan dipilih sesuai tujuan pembelajaran
4.      Data observasi harus valid, realibel, dan teliti.
5.      Observasi harus dapat dikuantifikasikan.

    Catatan Anekdot

Catatan anekdot adalah kumpulan catatan mengenai sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu di dalam maupun di luar kelas, baik yang bersifat positif maupun negatif. Jenis evaluasi ini biasanya digunakan untuk menilai hal-hal yang sifatnya non-akademis dan didasari oleh latar belakang informasi tertentu yang telah diketahui oleh pendidik.
Kegunaan catatan enekdot adalah:
1.      Mengetahui bahwa anak merupakan individu
2.      Mengetahui sebab suatu tingkah laku yang ditunjuk oleh anak
3.      Mengembangkan cara menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dalam kegiatan belajarnya.


2.4.4 Waktu Evaluasi
            Dalam pembelajaran anak usia dini, kegiatan evaluasi dapat dilaksanakan seaktu-waktu selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil evaluasi tersebut biasanya diberikan saat pembelajaran semester berakhir. Dalam hal ini, pendidik tidak harus membuat kegiatan tes atau ujian tersendiri, evaluasi selama kegiatan pembelajaran merupakan hal yang dianjurkan agar pendidik mampu mengikuti perkembangan anak dan mampu membedakan tahap-tahap perkembangan anak yang satu dengan yang lainnya.
            Beberapa hal yang harus diperhatikan pendidik dalam melaksanakan evaluasi adalah sebagai berikut.

    Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan penilaian harus sudah dipersiapkan sejak awal, seperti lembar observasi, hasil karya anak, bahan penugasan, dan sebagainya.
    Menciptakan situasi yang nyaman bagi anak, sehingga anak tidak mengetahui bahwa ia sedang dinilai agar hasil penilaian benar-benar objektif.
    Penilaian harus bersifat adil dan tidak pilih kasih dalam menilai.
    Pencatatan dan pengolahan data harus dilakukan secara teliti, cermat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Dari uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a.       Sebagaimana tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan anak usia dini  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

    Landasan pendidikan anak usia dini terbagi dalam beberapa aspek, antara lain landasan hukum, seperti UUD 1945 dan UU no. 20 Tahun 2003 tengan Sisdiknas, landasan filosofis berupa berbagai pemikiran ahli terhadap proses perkembangan dan pembelajaran anak usia dini, dan landasan pengetahuan yang berasal dari berbagai penelitian tentang anak.
    Hakekat dari program pendidikan anak usia dini adalah bahwa anak usia dini merupakan usia emas dalam perkembangan intelektual dan moralnya, sehingga pendidikan di usia ini harus diarahkan pada upaya menggali dan merangsang potensi dan kreativitasnya secara optimal.
    Komponen pendidikan anak usia dini, meliputi standar kompetensi anak usia dini, kurikulum dan penilaian.

3.2     Saran
Dari uraian di atas, maka penulis dalam hal ini mengajukan beberapa saran antara lain.

    Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap pendidikan anak usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Masa prasekolah yang disebut dengan masa keemasan perkembangan intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi upaya meningkatkan kemajuan pendidikan di Indonesia.
    Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini harus terus dilakukan, karena berdasarkan data yang ada angka partisipasi kasar masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah.
    Kualifikasi pendidik anak usia dini harus terus ditingkatkan baik kualifikasi akademisnya maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran lainnya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Andi Yudianto. 2009. Perkembangan Intelektual. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Undang-undang No.20 Tahun 2009 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas:Jakarta.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca. 2007. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. Bandung
M. Solehuddin, 1997. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung.

_________. 2008. Psikologi Pendidikan, Makalah. Universitas Gunadarma:Jakarta.
Suyatman. 2008. Pengembangan Kecerdasan Spritial, emosional dan Intelektual, sebuah makalah. Jakarta.

Sabtu, 22 Desember 2012

Education to Us as a Human

FT Gifted Child with their Guitar

Lagu Anak - Pelangi

Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky



Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky adalah pengagum Piaget. Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Piaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
 Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli.
1.      Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.
2.      Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis, logis dan rasional.
3.      Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.

Teori Skinner



TEORI KEPRIBADIAN SKINNER

INTI TEORI

Behaviorisme telah menjadi salah satu dari wawasan utama dalam psikologi modern. Behaviorisme radikal menegaskan bahwa hanya perilaku diamati harus disertakan dalam teori ilmiah. Sejarahnya, ini merupakan suatu keberangkatan dari metode instropective Titchener dan metode psycoanalytic dari Freud dan masih berfungsi sebagai pengingat untuk menghadiri apa yang orang benar-benar melakukan serta dengan keadaan dimana mereka melakukannya.

Prinsip dasar Behaviorisme

1. Behavior is Lawful, Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2.Behavior can be Predicted, Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang.
3.Behavior can be Controlled, Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan atau membentuk tingkah laku seseorang.

Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya perilaku tetapi juga ingin memanipulasinya. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu dan menganggap kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkah laku manusia. Keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku manusia merupakan bukti kebenaran suatu teori. Skinner memahami dan mengontrol tingkah laku menggunakan teknik analisis fungsional tingkah laku (Functional analysis of behavior) yaitu suatu analisis tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu

Skinner adalah seorang behavioris kuat yang yakin akan pentingnya metode obyektif, keketatan eksperimental dan kapasitas eksperimen yang anggun serta ilmu pengetahuan induktif untuk memecahkan masalah-masalah tingkah laku yang paling kompleks. Salah satu ciri yang membedakan pandangan Skinner adalah ketidaksukaan Skinner pada teori formal dan penolakannya terhadap pendekatan postulat teori yang dipakai Hull dalam membangun teorinya. Ciri khusus yang lain, adalah penekanannya pada penelitian tentang respon-respon yang tidak harus dibangkitkan oleh stimulus (operan) tetapi sangat dipengaruhi oleh akibat-akibat dari respon-respon
itu sendiri.

struktur kepribadian

Strukutur kepribadian atau klasifikasi pokok menurut Skinner ada 2 yaitu reflex responden dan reflex operant.). Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung atau perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak jelas tetapi semata-mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri (dilakukan tanpa adanya stimulus penyebab). Contohnya, seekor tikus lari keluar dari labirin atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah responden sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik atau perilaku yang ditimbulkan oleh stimulus yang jelas (responden dibangkitkan oleh stimulus yang diketahui). Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.

dinamika kepribadian

1.classical conditioning, kondisioning responden karena tingkah laku yang dipelajari menggunakan hubungan stimulus respon yang bersifat refleks bawaan.
2.operant conditioning, respon yang ada karena organismenya sendiri yang melakukan dan ada konsekuensinya.
3.reinforcement, positif reinforcement dan negatif reinforcement

perkembangan kepribadian

Teori Skinner adalah tentang perubahan tingkah laku, belajar, dan modifikasi tingkah laku. Skinner yakin bahwa pemahaman tentang kepribadian akan tumbuh dari perkembangan tingkah laku manusia dalam interaksinya yang terus menerus dengan lingkungannya.Skinner tidak melihat alasan untuk membagi proses perkembangan ke dalam beberapa tahap. Ia juga tidak memberikan importansi khusus pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Skinner memandang pengaruh eksternal lebih dominan dalam membentuk tingkah laku.
1.Penghapusan
Penghapusan atau extinction terjadi ketika kita mencabut penguat dari suatu pengkondisian operan. Penghapusan (extinction) adalah berkurangnya kecenderungan untuk merespon yang terjadi apabila perkuatan yang mengikuti respon tersebut tidak ada lagi.
2.Stimulus Penghukum (punishing stimulus)
Adalah stimulus aversif yang bila terjadi sesudah berlangsungnya sebuah respon operan akan mengurangi kemungkinan terjadinya respon tersebut di masa mendatang.ada 2 macam : positif dan negatif punishment
3.Schedule of Reinforcement
macamnya : Continuous Reinforcement (Penguatan Berkelanjutan),Fixed Interval (Interval Tetap),Fixed Ratio (Perbandingan Tetap),Variable Interval (Interval Berubah),Variable Ratio (Perbandingan Berubah).
4.Generalisasi dan diskriminasi
Generalisasi Stimulus (Stimulus Generalization) adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang mestinya menimbulkan respon itu. Sedangkan diskriminasi stimulus (Stimulus Discrimination) adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus yang diberi penguat.

aplikasi
1.tingkah laku abnormal, Tingkah laku abnormal dapat diubah menjadi normal dengan cara memanipulasi lingkungan
2.modifikasi perilaku,
 Flooding adalah pendekatan alternatif terhadap masalah untuk mencegah agar respon penghindaran itu tidak terjadi
§ Aversive Theraphy adalah stimulus yang apabila dihilangkan (Withdrawal) meningkatkan kekuatan respon yang segera mengikutinya
§ Token Economy adalah pemerkuat terkondisi untuk menjembatani antara saat ketika respon yang dinginkan dilakukan dan ketika perkuatan tak terkondisinya terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Boeree,George. 2008. Personality Theory. Yogyakarta: Prisma Sophie.
Hall S. Calvin, dan Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. Yogyakarta: Kanisius.